Hepatitis C
DAFTAR ISI
- Apa Itu Hepatitis C?
- Penyebab Hepatitis C
- Faktor Risiko Hepatitis C
- Gejala Hepatitis C
- Rekomendasi Dokter Penyakit Dalam di Halodoc
- Diagnosis Hepatitis C
- Deteksi Hepatitis C dengan Paket Skrining Penyakit Menular Seksual di Rumah Pakai Halodoc
- Pengobatan Hepatitis C
- Komplikasi Hepatitis C
- Pencegahan Hepatitis C
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa Itu Hepatitis C?
Hepatitis C adalah salah satu penyakit yang dapat menyerang hati. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini dapat memicu infeksi dan inflamasi pada hati. Penyakit ini umumnya tidak menunjukkan gejala pada tahap-tahap awal.
Sekalipun muncul, gejalanya hampir mirip dengan penyakit lain. Gejala tersebut, antara lain selalu merasa lelah, pegal-pegal, serta tidak nafsu makan.
Virus hepatitis tipe C dapat menyebabkan infeksi akut dan kronis. Hepatitis C akut adalah infeksi jangka pendek yang bisa bertahan hingga 6 bulan.
Infeksi ini biasanya terjadi tanpa gejala dan jarang menyebabkan kematian. Sekitar 15–45 persen pengidapnya berhasil sembuh dari penyakit hepatitis C akut tanpa penanganan khusus.
Sedangkan sekitar 55–85 persen sisanya, akan menyimpan virus untuk waktu yang lama, kemudian berkembang menjadi infeksi hepatitis C kronis.
Pengidap kronis memiliki risiko sekitar 15–30 persen untuk terkena sirosis hati dalam waktu 20 tahun. Komplikasi ini dapat berakibat fatal.
Penyebab Hepatitis C
Hepatitis tipe C disebabkan oleh infeksi akibat virus dengan nama yang sama. Infeksi ini dapat menyebar ketika darah yang telah terkontaminasi virus memasuki aliran darah seseorang.
Virus hepatitis C (HCV) terbagi menjadi beberapa bentuk yang berbeda, disebut juga dengan genotipe. Ada tujuh genotipe HCV yang berbeda dan lebih dari 67 subtipe yang telah teridentifikasi.
Faktor Risiko Hepatitis C
Semua orang sebenarnya rentan terhadap hepatitis. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena hepatitis jenis ini, antara lain:
- Memiliki luka segar atau terbuka yang terpapar darah yang terinfeksi.
- Menggunakan narkoba suntik.
- Melakukan hubungan intim tanpa menggunakan kondom dan berganti pasangan.
- Membuat tato atau tindik tubuh dengan peralatan yang tidak steril.
- Faktor keturunan (memiliki orangtua yang mengidap hepatitis C).
Virus ini berkembang dalam darah, sehingga penularannya rentan terjadi jika mengalami kontak dengan darah pengidap kondisi tersebut.
Misalnya, melalui jarum suntik secara bergantian atau menjalani proses pembuatan tato di tempat yang tidak memiliki peralatan steril.
Di samping itu, saling meminjamkan barang pribadi, seperti gunting kuku dan sikat gigi, serta hubungan intim bebas juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk tertular penyakit ini.
Meskipun begitu, virus tidak akan menular melalui air susu ibu (ASI), makanan, minuman, maupun bersentuhan dengan pengidapnya (seperti bersalaman atau berpelukan).
Fakta Unik
Virus hepatitis C baru ditemukan pada tahun 1989. Sebelumnya, kasus hepatitis yang tidak dapat dijelaskan oleh hepatitis A atau B disebut “hepatitis non-A non-B.”
Diperkirakan sekitar 58 juta orang di dunia hidup dengan infeksi hepatitis C kronis. Namun, banyak dari mereka tidak terdiagnosis karena akses terhadap pemeriksaan dan kesadaran tentang penyakit ini masih rendah di banyak negara.
Gejala Hepatitis C
Penyakit ini umumnya tidak menunjukkan gejala hingga hati benar-benar mengalami kerusakan parah.
Banyak orang yang mengidap infeksi tanpa menyadarinya hingga dampak buruknya benar-benar dirasakan.
Namun, saat gejalanya benar-benar terjadi, mungkin saja disalahartikan dengan kondisi lainnya. Hal ini disebut dengan hepatitis C kronis.
Beberapa gejala yang dapat timbul, antara lain:
- Merasa kelelahan.
- Mudah berdarah atau memar.
- Kerap tidak nafsu untuk makan.
- Perubahan warna kuning pada kulit dan mata (penyakit kuning).
- Penurunan berat badan.
- Urine yang dihasilkan berwarna gelap.
- Kulit yang gatal.
- Pembengkakan di kaki.
- Mengalami ensefalopati hepatik.
- Pembuluh darah yang menyerupai laba-laba di kulit (spider angiomas).
Setiap infeksi hepatitis kronis diawali dengan fase yang akut. Gejala akut dapat muncul satu, hingga tiga bulan setelah terpapar virus dan berlangsung dua minggu hingga tiga bulan.
Namun, penyakit ini tidak selamanya berkembang menjadi kronis.
Beberapa orang membersihkan penyakit hepatitis C setelah memasuki fase akut yang disebut juga dengan pembersihan virus secara spontan.
Rekomendasi Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Halodoc
Jika mengalami gejala hepatitis c seperti di atas, sebaiknya hubungi dokter penyakit dalam untuk tahu pengobatannya.
Berikut beberapa dokter spesialis penyakit dalam yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 7 tahun yang bisa kamu hubungi.
Dokter-dokter ini telah mendapatkan penilaian terbaik dari pasien yang sebelumnya mereka tangani sehingga kamu tak perlu ragu untuk menghubunginya:
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc. Pakai Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Hepatitis C
Diagnosis dilakukan untuk mendeteksi dini kondisi ini. Semakin dini penyakit ini terdeteksi dan ditangani, semakin berkurang risiko kerusakan hati yang mungkin terjadi.
Pemeriksaan yang biasanya akan dilakukan dokter untuk mendiagnosis kondisi ini, antara lain wawancara medis untuk mengetahui riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan tes darah.
Bila kamu ternyata mengidap hepatitis C, dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan tambahan untuk memeriksa kerusakan hati. Pemeriksaan tersebut bisa meliputi tes darah lainnya, USG hati dan biopsi hati.
Deteksi Hepatitis C dengan Paket Skrining Penyakit Menular Seksual di Rumah Pakai Halodoc
Hubungan seksual yang tidak aman dapat menyebabkan seseorang terpapar hepatitis C. Nah, untuk mendeteksi penyakit ini, kamu bisa melakukan Skrining Penyakit Menular Seksual melalui layanan Homecare by Halodoc.
Sebab, di dalam Skrining Penyakit Menular Seksual ini sudah termasuk deteksi hepatitis C sehingga kamu dapat mendeteksi penyakit tersebut.
Layanan home lab ini adalah tes laboratorium atau paket tes dari Halodoc yang pengambilan sampelnya bisa dilakukan di rumah atau di lokasi manapun yang kamu pilih.
Layanan ini pun sudah tersedia di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar.
Ada beberapa keunggulan dari layanan tes lab dari Homecare by Halodoc ini, antara lain:
Tak perlu repot keluar rumah.
Hemat waktu dan biaya.
Tenaga medis profesional dan responnya cepat.
Protokol kesehatan ketat.
Sampel diambil secara aman dan steril.
Sampel darah/urine akan dibawa langsung ke laboratorium setelah diambil (tidak ada transit).
Peralatan yang digunakan berkualitas, aman, tersegel, dan sesuai standarisasi.
Harganya terjangkau, mulai dari Rp 599.000,-
Semua layanan tes lab terdiri dari pemeriksaan laboratorium dan konsultasi dokter.
Setelah tes, kamu akan mendapatkan voucher 25 ribu untuk konsultasi hasil dengan dokter tepercaya dari Halodoc.
Booking Skrining Penyakit Menular Seksual Lebih Mudah di Rumah Lewat Halodoc.
Kamu bisa order melalui aplikasi atau hubungi langsung nomor WhatsApp 0888-0999-9226.
Jangan khawatir, saat memesan skrining penyakit menular seksual, privasi kamu pasti terjaga dengan aman di Halodoc!
Mudah sekali bukan? Pesan layanan Homecare by Halodoc sekarang juga!
Pengobatan Hepatitis C
Hepatitis C akut biasanya bisa sembuh tanpa penanganan khusus. Sementara pengidap hepatitis C kronis membutuhkan langkah penanganan melalui obat-obatan antivirus.
Obat tersebut menghentikan perkembangan virus dan mencegah kerusakan hati.
Hal yang perlu diingat, meski sudah pulih, pengidap penyakit ini harus berhati-hati karena memiliki risiko untuk kembali terinfeksi penyakit yang sama.
Jika sudah menyebabkan sirosis, pengidap harus menemui dokter spesialis penyakit hati. Perawatan untuk masalah kesehatan yang berkaitan dengan sirosis meliputi obat-obatan, pembedahan, dan prosedur medis lainnya.
Jika hepatitis C menyebabkan gagal hati atau kanker hati, transplantasi hati mungkin perlu dilakukan.
Komplikasi Hepatitis C
Bila tidak diobati, kondisi kesehatan ini bisa menyebabkan beberapa komplikasi berikut:
Sirosis
Ini adalah kondisi ketika hati secara perlahan rusak dan tidak bisa berfungsi secara normal. Jaringan hati yang sehat tergantikan oleh jaringan parut dan sebagian menghalangi aliran darah melalui hati.
Pada tahap awal sirosis, hati masih bisa terus berfungsi. Namun, saat sirosis bertambah parah, hati akan mulai gagal berfungsi.
Gagal Hati
Disebut juga penyakit hati stadium akhir, gagal hati berkembang selama berbulan-bulan, bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun. Pada tahap ini, hati tidak bisa lagi melakukan fungsi penting atau mengganti sel-sel yang rusak.
Kanker Hati
Hepatitis C kronis bisa meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker hati. Bila hepatitis C kronis menyebabkan kerusakan hati yang parah atau sirosis sebelum diobati, kamu akan tetap memiliki risiko kanker hati bahkan setelah pengobatan.
Dokter mungkin akan menyarankan tes darah atau tes pencitraan untuk mendeteksi kanker hati.
Pencegahan Hepatitis C
Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksinasi. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko penularan. Misalnya:
- Berhenti atau tidak menggunakan obat-obatan terlarang
- Hindari berbagi penggunaan barang-barang pribadi yang berpotensi terkontaminasi darah (seperti gunting kuku dan sikat gigi).
- Menerapkan praktik berhubungan intim yang aman dan setia pada satu pasangan.
Meski penyakit ini jarang menular melalui hubungan seks, tetapi penggunaan alat pengaman, seperti kondom dapat menghindarkan kamu dari hepatitis C.
Terutama jika terjadi kontak dengan darah, misalnya hubungan intim anal atau darah menstruasi. Pengidap hepatitis C juga lebih berisiko untuk terkena hepatitis jenis lain.
Dokter umumnya menganjurkan vaksinasi untuk mencegah hepatitis A dan B.
Referensi:
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2024. Hepatitis C Information.
Mayo Clinic. Diakses pada 2024. Hepatitis.
National Health Service. Diakses pada 2024. Hepatitis.
Medline Plus. Diakses pada 2024. Hepatitis C.
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diakses pada 2024. Hepatitis C.
Frequently Asked Question
1. Hepatitis C menular melalui apa?
Hepatitis C utamanya melalui kontak dengan darah yang terinfeksi.
Nah, berikut beberapa caranya:
- Penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi.
- Transfusi darah atau organ sebelum tahun 1992 (ketika skrining ketat mulai diterapkan).
- Jarang melalui hubungan seksual atau dari ibu ke anak.
2. Hepatitis B dan C apa bedanya?
Hepatitis B dan Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang hati, tetapi keduanya memiliki beberapa perbedaan mendasar dalam hal penyebab, jalur penularan, pengobatan, dan pencegahan.
Berikut penjelasannya:
- Penyebab
Hepatitis B: Disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV).
Hepatitis C: Disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV).
- Gejala
Hepatitis B: Sering menunjukkan gejala seperti demam, mual, muntah, sakit perut, mata kuning, atau kelelahan ekstrem. Sebagian besar penderita dewasa sembuh total.
Hepatitis C: Biasanya tidak menunjukkan gejala pada fase awal (silent infection). Jika ada gejala, biasanya ringan dan sulit dikenali.
- Kemungkinan Menjadi Kronis
Hepatitis B: Sekitar 5-10 persen kasus pada orang dewasa menjadi kronis. Namun, pada bayi yang terinfeksi, 90 persen akan menjadi kronis.
Hepatitis C: Sekitar 70-85 persen kasus menjadi infeksi kronis jika tidak diobati.
- Pengobatan
Hepatitis B: Tidak selalu membutuhkan pengobatan jika infeksi akut. Untuk infeksi kronis, ada obat antivirus seperti tenofovir atau entecavir untuk mengendalikan virus, tetapi belum ada obat untuk menyembuhkan.
Hepatitis C: Infeksi kronis dapat disembuhkan dengan obat direct-acting antivirals (DAAs) dalam lebih dari 95 persen kasus.
- Pencegahan:
Hepatitis B: Vaksin hepatitis B tersedia dan sangat efektif untuk mencegah infeksi. Skrining darah, penggunaan alat medis steril, dan seks aman.
Hepatitis C: Belum ada vaksin untuk hepatitis C. Pencegahan meliputi penggunaan jarum steril, transfusi darah yang aman, dan skrining virus pada populasi berisiko.
3. Apakah hepatitis B dan C bisa sembuh?
Seperti yang disebutkan sebelumnya, untuk hepatitis B, belum ada obat untuk menyembuhkan.
Namun, kondisi ini tidak selalu membutuhkan pengobatan, terutama yang bersifat akut. Sementara untuk infeksi kronis, ada obat antivirus seperti tenofovir atau entecavir untuk mengendalikan virusnya.
Sementara untuk jenis C, infeksi kronis dapat disembuhkan dengan obat direct-acting antivirals (DAAs) dalam lebih dari 95 persen kasus.
4. Hepatitis tipe apa yang paling berbahaya?
Semua jenis hepatitis memiliki tingkat risiko yang berbeda, tergantung pada kondisi pasien, akses ke pengobatan, dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Namun, Hepatitis B (HBV) dan Hepatitis C (HCV) sering dianggap paling berbahaya karena potensi komplikasi jangka panjangnya, seperti sirosis (kerusakan hati parah) dan kanker hati (hepatoseluler karsinoma).